Berbagi cerita adalah sesuatu
yang sangat menyenangkan karena dengan bercerita kegaduhan hati dan kepenatan
pikiran kita berkurang. Sehingga perasaan kita lega dan fresh kembali, seakan
semua beban kita hilang. Bercerita dapat kita lakukan dengan teman yang kita
percayakan dapat menjaga dan membantu kita dalam masalah yang kita ceritakan.
Namun dewasa ini untuk bercerita tidak harus dengan teman yang kita percayakan,
karena kita dapat berbagi cerita dan pengalaman hidup dengan menggunakan media
sosial. Yang mana media sosial bagi kaum manusia bukan hal yang asing lagi,
terutama di negara Indonesia yang menempati urutan kedua setelah Rusia sebagai
negara pengguna media sosial terbanyak didunia. Untuk itulah kita ambil
keuntuntungannya, dengan menggunakan media
sosial sebaik-baiknya. Misalkan berbagi cerita dan pengalaman seputar kehidupan
kita lewat blog seperti ini, karena media sosial lain sudah sangat mendunia dan
tidak perlu diberitakan lagi. Dengan inilah saya selaku orang Indonesia turut
berpartisipasi dalam penggunaan media sosial yang baik. Dibawah ini adalah
sebagian informasi atau cerita seputar saya, atau bisa juga dikatakan sekolis
info.
Cerita ini dimulai ketika aku
menginjakkan sekolah di tingkat sma atau tepatnya di MAN 1 KOTA MAGELANG. Disitulah
aku mendapatkan banyak tambahan warna dalam kehidupan di masa menempuh
pendidikan, yaitu berupa teman. Dari dulu, aku selalu berpikir bahwa teman
hanyalah sekedar teman yang menemani ketika kita punya sebuah atau bahkan
banyak cerita dan cerita itu didengar hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu dan
penasaraanya saja. Jarang diantara mereka yang melakukan bantuan dengan tulus
dan dapat dipercayakan pertemanannya jika tidak punya kesamaan nasib atau
perbedaan takdir yang tema dan bentuknya hampir sama. Seperti halnya aku,
ketika aku berada dikelas 10 dulu aku mempercayakan seorang teman yang
sepikiran tentang suatu kelompok atau geng yang sama2 tidak disenangi diantara
kami. Aku bertegur sapa ala kadarnya, dan dia juga bercerita apa yang dilakukan
terhadap mereka adalah sesuatu basa-basi ala kadarnya orang membantu orang yang
lain, karena aku dan temanku itu sepakat tidak menyukai perangainya. Itu yang
aku percayakan dan aku jaga pertemanannya. Namun, masuk kelas 11 aku mencoba
untuk menyelidiki seperti apa kepercayaanku dibawa olehnya. Di kelas 11 itulah
aku semakin dekat dengannya dan apapun sudut kehidupan diantara kita dapat
ditukarkan pada diri masing2, walaupun pembukaan kartu dimulai dari aku
merendahkan hati menjadi orang terbodoh diantara yang dia kenal. Tapi dengan
tenang dia memberikan solusi tentang apa yang aku hadapi di hari2 yang
menurutku cukup membingungkan tanpa bantuan teman. Namun disisi lain aku dapat
menangkap keganjilan pengkhianatanku
dari ucapan yang dia katakan ketika dikelas 10 dulu bahwa, dia tidak menarik
perhatian terhadap geng2 yang suka bertingkah berlebihan atau dalam artian
kebanyakan anak2nya lebay. Dengan tenang dan tanpa mengingat apa yang dulu
pernah dituturkan dia sangat mudah sekali berbaur dan menyukai pergaulannya. Dari
situlah aku menangkap kecurigaan temanku itu. Benarkah dia benar2 tidak
menyukai geng itu, lalu apa arti keakraban yang selama ini dia lakukan? Dan
yang menambah aku percaya bahwa dia melupakan tutur katanya dulu adalah cueknya
dia ketika aku ada di dalam perkumpulan mereka dan dia lebih memilih mengabaikn
keberadaanku.
Nah masuk ke kelas 12 hubunganku
dengan dia sebagai teman agak diganggu orang ketiga yang notabene temanku
sendiri dalam satu jurusan. Temanku yang ini menggunakan keterampilan
berbicaranya untuk menyelubungi pemikiran temanku yang tadi. Sebenarnya aku
percaya bahwa dia (temanku yang tadi) akan posisiku sebagai temannya, namun
kasus yang sama diulangi lagi sama dia. Yang mana ketika aku ada disitu aku
selalu aja dianggap tidak ada, dan juga katanya dia itu sangat ilfil dengan
tingkahnya yang kadang-kadang aneh dan bikin aku bad mood kalau ada dia.
Nammuun yang bikin aku bingung adalah kenapa dia terus nempel sama temanku yang
satu itu dan perubahan temanku yang satu ini adalah kenapa sekarang jadi sering
iseng dan deketin aku padahal dulunya sering adu mulut dalam artian pendapatnya
selalu bertentangan. Dan juga perubahan itu dimulai sejak aku bilang ke dia
kalau aku gak suka sama temanku yang satu ini. Terus, siapa yang salah??
Ini ceritaku, mana cerita kalian
guys..